6 April 15
Maha Besar
Allah yang tidak akan membiarkan hambanya untuk menyerah dalam putus asa.
Hari ini kita diberitahukan kabar duka
atas berpulangnya seorang saudara yang terkenal sangat baik. Aku mengajak Rahma
untuk pergi melayat, walaupun kita gak tahu alamat duka dimana tepatnya. Berbekal
dasar bahwa melayat merupakan salah satu kewjiban muslim atas saudaranya kita
pun berangkat. Bukannya kita tak menghubungi teman lainnya,tapi tak dibalas. Naik
angkot dua kali cukup membuatku mual dan pusing. Kita gak tahu harus turun
dimana, tapi langsung bilang ke sopir angkotnya buat nurunin kita di perumahan
blabla. Sampai di gerbang
perumahan kita terus jalan sambil bertanya pada anak sekolah yang kebetulan
lewat. Kita gak naik angkot karena kita kirain gak bakalan jauh masuk kedalam. Jalan
pesantren ya teh, belok kiri terus lurus belok kanan terus belok kiri lurus
mentok belok kiri lagi. Hah ... walaupun gak nyerap semua kita tetap berterima
kasih sambil tersenyum. Setelah belok kiri yang pertama kita melihat ibu-ibu
pakai baju muslimah gitu. Kita pikir bakalan pergi melayat. Ternyat tidak. Aku sms
teman yang lain lagi. Katanya lagi di jalan, tanyain aja sama orang. Oke kita
nanya, pas nyampe di jalan pesantren kita senang sekaligus heran, kok sepi ?? .
Hmm .. kata teman yang tadi almarhum udah dibawa ke pemakaman. Oh yauda gapapa,
kita ke rumah duka aja, ajakku. Tiba
pada alamat yang diumumkan tadi. Kita hanya melihat kesepian dan pintu yang
tertutup rapat. Kita berniat untuk kembali dan pulang saja. Kemudian saat balik lagi kita coba bertanya pada seorang
bapak, kira-kira umur nya 50 tahunan.
“Aduh neng kalau itu mah bukan di jalan
pesantren tapi di terusan pesantren”. Ohh lewat mana pak ?. “Jauh neng naik ojeg
aja, neng dari mana?. Setelah kita menjawab alamat kita. “Wah jauh ya, yaudah
bapak antar aja” tawarnya. Sebelum kita sempat menjawab lagi, dia sudah masuk
dan menyalakan mobilnya. Kita tak mungkin untuk menolak lagi. Dengan ragu-ragu
akhirnya kita masuk ke mobil yang pintunya dibukain. Bismilahirrahmanirrahim. Memang
jarak dari jalan pesantren ke alamat duka cukup jauh. Terima Tuhan engkau telah
mengirimkan salah satu malaikat berwujud manusia-Mu kepada kami. Setelah sampai
ke alamat duka dan berterimakasih banyak kepada beliau. Semoga Allah melapang
segala jalannya, rizkinya, dan memberinya kebahagiaan.
Kita masuk dan bertemu dengan banyak
orang-orang sedaerah. Rasa lelah dan hampir putus asa yang tadinya sempat
hinggap, kini melayang seakan tak pernah singgah. Rindu kampung halaman seakan
terobati. Kabarnya almarhum tadi pagi masih jadi imam shalat subuh dengan ayat
yang cukup panjang, masih pergi ke kantor, kemudian pusing, muntah dan dibawa
ke rumah sakit, karena penanganan yang cukup lambat, sebelum beliau disentuh
oleh tangan dokter beliau pun pergi dengan tenang.
Waktu pulangnya
kita diajak barengan, kita menolak takut gak muat. Tetap aja dipaksa, ehh
ternyata muat. Katanya kalau kita gak naik, ntar bakalan ada kabar kalau kita
dah lepas karena jalan terlalu jauh. Haha,,, yaudah kita jadi naik J .
Aku melihat
senyuman itu tanpa beban yang berarti, Potret yang duduk disamping sang istri
dan dikelilingi anak-anaknya. Semoga beliau diterima di tempat terindah disisi-Nya.
Innalillahi wa Innailaihi Raajiuun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar