SAMPAH
Hmm,,, dengan
santai dan tanpa merasa bersalah dia membuang sampah- sampah yang dibungkus
dengan kantong plastik besar ke bawah jembatan yang dilewati aliran sungai
kecil. Mungkin aliran sungai itu dulu tak begitu kecil, mungkin sungai itu dulu
tak keruh, mungkin sungai itu dulu tak berbau. Tapi semua itu dulu, sebelum
manusia tak lagi menyadari posisi lingkungan di benaknya, sebelum manusia hanya
memikirkan dirinya saat ini dan sebelum manusia tak memiliki pandangan lagi
akan masa depan untuk anak cucunya kelak.
Kebanyakan orang
menyepelekan hal kecil yang berarti besar ini, tiada rasa bersalah untuk
membuang sampah sembarangan. Hmm hanya bungkusan permen mungkin pikirnya,
bagaimana jika semua orang berpikir hal yang sama, bagaimana jika semua orang
melakukan hal yang sama. Bukankah ada pepatah basi yang berbunyi “Sedikit demi sedikit lama-lama akan
menjadi bukit “ yaaa,,, sangkin basinya mungkin engkau muak mendengarnya. Tapi
harus bagaimana lagi pepatah yang cukup basi saja tak membuat kita untuk
tersentak apalagi pepatah yang mungkin baru tersaji. Aku hanya ingin engkau
membuangnya pada tempatnya, bukan untuk mengolah atau mendaur ulangnya, karena
buang sampah pada tempatnya saja terasa berat bagimu apalagi mengolahnya.
Bukankah sesuatu
yang ditempatkan pada yang bukan tempatnya akan bermasalah. Sama saja engkau
menempatkan orang sakit di tengah
kuburan, bukannya semakin sehat tapi malah akan membunuhnya. (terserahmu mau
berpikiran aku lebay).
Bukan soal siapa,
kenapa, dan kapan. Siapapun diri kita bukan berarti membuang sampah sembarangan
adalah Hak asasi yang mesti kau perjuangkan, bukan berarti semakin tinggi
pangkat yang kau punya semakin boleh kau menumpuk sampahmu di wajah orang,,,
yahh wajah orang. Aku tak berlebihan dengan kalimat ini, bukankah dengan
tumpukan sampah yang kau buang di sungai
itu mau tak mau harus menodai wajah orang yang membasuh muka dengannya.
Kenapa harus sampah???
bukankah itu hal yang sepele, buat apa
di besar-besarkan huh,,. Mungkin itu yang terbersit di otakmu. Hei bro tak
pernah kah engkau tahu atau bahkan tak mau tahu untuk apa kau diciptakan.
Bukankah Allah menciptakanmu sebagai khalifah di muka bumi ,,, mungkin kau
menggapku terlalu berlebihan atau bahkan tak penting. Intinya kalau engkau tak
ingin menjadi khalifah penjaga bumi ini, mengapa engkau harus tetap hidup di di
permukaanya bukankah dengan penambahan seorang sepertimu akan bertambah pula derita anak cucu kami ke
depannya. Aku tak ingin menyamakan mu dengan tikus atau ulat penggerogot, tak
pantas ,,,, ya bukan mereka yang tak pantas tapi dirimu, mereka melakukannya
untuk memenuhi insting dan nafsu makannya. Apakah engkau juga begitu ?? aku
tahu pasti tidak, karena dengan membuang sampah sembarangan sama sekali tak
menguntungkan bagimu, tak akan membuat perut sejengkalmu kenyang, tak akan
membuatmu semakin kaya, jadi apakah masalah jika engkau meninggalkan hal tak
menguntungkan bagimu.
Aku tak ingin
menanyakan sejak kapan engkau merusak bumi kami ini, seberapa banyak sampah
yang telah kau buang, atau separah apa engkau telah merusak. Tapi kapan engkau
akan berhenti, kapan engkau akan tersadar, kapan engkau akan berubah. Karena ku
tahu, sebagaian orang telah sadar akan pentingya menjaga lingkungan dan
memiliki keinginan itu. Tapi tetap saja perubahan itu tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar