Mata
Kuliah :
Gizi Pangan
Dosen
Pembimbing : Dewi Cakrawati STP, M.Si
Ketua
Kelompok : Fuad Mahpudin
Anggota
Kelompok : Anir Roekhatul M
Khoirunnisa Fadilah
Putri Nopita sari
Riyadi Muhaykal
Yeti
1. Pengertian
gizi kurang dan gizi lebih
Jawab
:
Gizi kurang yaitu gangguan akibat kekurangan
atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh.
Gizi lebih yaitu gangguan akibat zat gizi
yang diserap oleh tubuh melebihi zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan tubuh.
2. Deskripsi
gizi kurang dan gizi lebih
Indikator yang digunakan untuk mengukur gizi
kurang berdasarkan berat menurut umur, tinggi menurut umur, berat menurut
tinggi badan pada anak-anak , sedangkan untuk dewasa menggunakan Indeks Massa
Tubuh, dan dapat dapat diukur menggunakan lengan kiri atas. Kelebihan berat
badan dibandingkan tinggi badan untuk dewasa diukur berdasarkan IMT (Indeks
Massa Tubuh) pada anak diukur berdasarkan berat badan per tinggi badan.
3. Faktor
penyebab masalah dan gejala-gejala kekurangan dan kelebihan gizi.
Jawab
: Penyebab masalah pangan dan gizi pada tubuh disebabkan oleh faktor-faktor
berikut yaitu :
a. faktor
makanan, makanan yang dikonsumsi harus
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang.
b. Kemiskinan dinilai memiliki peran penting
dalam masalah gizi, masalah kurang gizi memperlambat pertumbuhan ekonomi.
c. Gaya
hidup tidak sehat berupa konsumtif, gaya hidup sedentary, beban mental.
d. Faktor
lingkungan yaitu faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit infeksi pada tubuh
manusia, sebagai contoh anak balita yang tidak mencukupi gizi seimbang memiliki
daya tahan yang rendah terhadap penyakit , sehingga mudah terserang infeksi,
yang mengakibatkan asupan tidak dapat diserap dengan baik sehingga menyebabkan
gizi buruk
4. Gejala
kurang gizi dan kelebihan gizi
a)
Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan
kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein.
Pada umumnya Anak Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode transisi
dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu
diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain, dan belum
mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik terutama dalam hal makanan. Hal ini
juga di karenakan pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat.
Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan
terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).
Penyakit ini dibagi dalam
tingkat-tingkat, yakni :
a. KKP ringan, kalau berat badan
anak mencapai 84-95 % dari berat badan menurut standar Harvard.
b. KKP sedang, kalau berat badan
anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan menurut standar Harvard.
c. KKP berat (gizi buruk), kalau
berat badan anak kurang dari 60% dari berat adan menurut standar Harvard.
Beberapa ahli hanya membedakan
antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi
buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita
marasmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan
ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap
sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa
memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau honger oedema (HO) atau juga
disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Oedema pada
penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
Jenis KKp atau PCM di kenal dalam 3
bentuk yaitu :
- Kwarshiorkor
Kata “kwarshiorkor” berasal dari
bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”.
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan
oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau
tinggi.
Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering
dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu :
- Gagal untuk menambah berat badan
- wajah membulat dan sembap
- Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut
- Pertumbuhan linear terhenti
- Endema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit).
- Diare yang tidak membaik
- Dermatitis perubahan pigmen kulit
- Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut
- Penurunan masa otot
- Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi
- Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
- Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan berakhir dengan kematian.
Cara mengatasi
kwarshiorkor
Dalam mengatasi kwashiorkor ini
secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi secara bertahap.
Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu
yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat
mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali.
2. Marasmus
Gejala
marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu,
apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan
kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering.
Penderita marasmus yaitu penderita
kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia
masih menerima “zat gizi sumber energi” (sumber kalori) seperti nasi, jagung,
singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat
gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah
timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus.
Tanda-tanda yang sering dijumpai
pada pada penderita marasmus, yaitu:
·
Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai
berat badan dibawah waktu lahir.
·
Wajahnya seperti orang tua
·
Kulit keriput,
·
pantat kosong, paha kosong,
·
tangan kurus dan iga nampak jelas.
3. Marasmus-Kwashiorkor
Gambaran dua jenis gambaran penyakit
gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan
mirip dengan marasmus yang di tandai dengan adanya odema, menurunnya kadar
protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan kusam serta otot menjadi
lemah.
b) Busung Lapar
Busung lapar atau bengkak lapar
dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO). Adalah kwarshiorkor pada orang
dewasa. Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein
dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Pada busung lapar terjadi
penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung (oleh
karenanya disebut busung lapar).
Tanda-tanda yang terjadi yaitu :
·
Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas
·
Badan kurus
·
Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut
·
Sekitar mata bengkak dan apatis
·
anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan
lain-lain.
5.
Kasus gizi di Indonesia
Kasus
gizi di NTT merupakan salah satu kasus dari banyaknya kasus gizi buruk atau
malnutrisi di Indonesia, berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia,
pada tahun 2004, kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian
pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta
(944.246 di antaranya kasus gizi buruk) dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1
juta (755.397 di antaranya kasus gizi buruk). Masalah gizi kurang dan gizi
buruk terjadi hampir di semua Kabupaten dan Kota. Pada saat ini masih terdapat
110 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia yang mempunyai
prevalensi di atas 30% (berat badan menurut umur). Menurut WHO keadaan ini
masih tergolong sangat tinggi.
6.
Tindakan Pemerintah terhadap
kurang gizi dan lebih gizi
Upaya
pemerintah tersebut diantaranya dituangkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan
terkait pemenuhan kebutuhan gizi. Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia
1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum, mengamanatkan kepada
penyelenggara negara untuk memberikan jaminan kepada warganegaranya agar dapat
hidup sejahtera lahir dan batin. Amanat tersebut antara lain tersurat pada
Pasal 28 A, Ayat 1 UUD 1945 Amandemen ke dua yang menyebutkan “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Pasal 34 menjamin hak warganegara atas perlindungan dari
diskriminasi.
Undang-Undang
(UU) No. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia pasal 9 ayat 1 menyebutkan
“Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya”. Walaupun secara eksplisit hak atas pangan tidak disebutkan,
kedua ayat tersebut secara implisit memuat perintah kepada penyelenggara negara
untuk menjamin kecukupan pangan dalam rangka memenuhi hak azasi pangan setiap
warganya dan menyatakan pentingnya pangan sebagai salah satu komponen utama
dalam mencapai kehidupan sejahtera lahir dan batin.
Undang-Undang
yang secara eksplisit menyatakan kewajiban mewujudkan ketahanan pangan adalah
UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. UU tersebut
menjelaskan konsep ketahanan pangan, komponen, serta para pihak yang harus
berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Secara umum UU tersebut
mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat wajib mewujudkan ketahanan
pangan. UU tersebut telah dijabarkan dalam beberapa Peraturan Pemerintah (PP)
antara lain: (i) PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan yang mengatur
tentang Ketahanan Pangan yang mencakup ketersediaan pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, peran
pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusia
dan kerjasama internasional; (ii) PP Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan yang mengatur pembinaan dan pengawasan di bidang label dan iklan
pangan untuk menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab;
dan (iii) PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, yang
mengatur tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan
ke wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan, serta peranserta masyarakat
mengenai hal-hal di bidang mutu dan gizi pangan.
7.
Saran
1. Hendaknya
pemerintah lebih serius lagi dalam menangani kasus kurang gizi yang terjadi di
masyarakat karena masalah kurang gizi ini adalah
permasalahan yang paling mendasar bagi keberlangsungan suatu bangsa.
2. Hendaknya
masyarakat senantiasa menambah pengetahuannya mengenai pentingnya gizi cukup
serta merubah pandangan bahwa yang bergizi adalah yang mahal dan menghilangkan
budaya Mc Donaldisasi dan menumbuh kembangkan budaya kerja keras demi
peningkatan kesejahteraan hidup bersama.
3. Hendaknya mahasiswa senantiasa meningkatkan
kepekaannya terhadap masalah-masalah yang berkembang dimasyarakat dan
senantiasa berupaya menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
4.
Solusi mengatasi masalah gizi di Indonesia antara lain:
-
penerapan sistem agrobisnis
-
penggalakan program kesehatan
-
pelatihan kejujuran
-
transmigrasi
-
pelestarian budaya kerja keras
-
kebijaksanaan pemerintah yang mendukung sektor agrobisnis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar