21 Okt. 13(at angkot Kalapa-Buah Batu)
Mungkin dibenaknya telah tertanam
doktrin orientalis yang menganggap segala wajah Islam adalah teroris. Atau
hanya kicauan yang tak pernah singgah di otak kirinya, sehingga tak ada
analisis atau filter akan perkataan yang ia lontarkan. Pada awalnya aku sempat
benci bahkan muak dengan kata-katanya saat ia melihat wanita-wanita yang
menurutku cantik berjilbab lebar dan menggunakan burqa atau cadar (aku tak tahu
pasti perbedaannya) “Paguyuban Istri-istri Teroris” kepada pak supir saat ia
duduk di bagian depan angkutan umum yang juga ku tumpangi, tanpa ada balasan
dari sang supir angkutan umum itu terus melaju seakan tak menghiraukannya.
Sontak mata ku mengarah ke sumber suara
itu, tampak seorang lelaki dewasa menggunakan kaca mata hitam, kemeja coklat,
dan topi yang sering dipakai oleh seniman(aku tak tahu nama topinya apa, lagian
itu bukan hal penting yang ingin ku bahas disini). Ingin ku berkata “ Pak,
jangan menilai orang sebelum menilai diri sendiri, penampilan bapak saja
seperti perampok, apakah bapak mau saya katakan paguyuban perampok kelas rendah
(hmm mungkin dia bakal emosi melihatku atau menganggapku orang aneh yang lancang
karena mengatakan hal tersebut), sepanjang perjalanan aku hanya bisa menatap
nanar di balik punggungnya, menahan kata-kata yang hendak aku lontarkan. Aku
berharap aku yang turun duluan untuk menyampaikan kalimat indahku, tapi Allah
berkehendak lain di sebuah persimpangan ia turun padahal tempat yang kutuju
masih jauh.
Terkadang kita terlalu cepat untuk
mengambil kesimpulan dari sampel acak yang tak lengkap bahkan tak dapat
mewakili, mengapa menyalahkan Islam hanya karena kesalahan segelintir orang
yang tidak tahu tentangnya dan menjadikannya alasan sebagai pembenaran
perbuatan kejinya. Walaupun aku bukanlah muslimah yang baik, yang mengerti
sepenuhnya akan Islam, tapi tetap saja hatiku protes saat orang melecehkan
agama yang seringkali ia juga menganutnya, apakah ada yang salah dengan pilihan
orang tentang fashion yang ia tampilkan atau pengetahuannya yang melebihi
kapasitas otakmu, toh ia tak pernah mengganggu dan merugikanmu. Dan satu lagi
hal yang paling membuatku muak, kebanyakan dari kita cenderung memandang biasa
orang yang menggunakan celana pendek atau rok mini berkeliaran di tempat umum,
daripada orang yang menjaga aurat dan kecantikannya dengan apik. Jujur aku
sebagai wanita saja sudah terpesona dengan keindahan tubuh yang ia pamerkan
apalagi terhadap kaum adam, aku rasa godaan itu lebih besar.
Aku tak menyalahkan orang-orang yang berpikiran
sombong hanya karena ketidaktahuannya, tapi aku sedih kenapa negeri yang
masyarakatnya mayoritas muslim malah menjadi duri dalam daging bagi saudaranya.
Mungkin ini merupakan salah satu dampak pemisahan agama dalam setiap aspek
kehidupan di negeri ini, seakan-akan agama hanya sebagai simbol kepercayaan dan
tak untuk diterapkan dalam segala persoalan kehidupan... hmm entah lah ..