Cari Blog Ini

Senin, 18 Agustus 2014

Akhirnya aku merasakannya

Akhirnya aku merasakannya Aku merasa aneh saat dia menatapku seakan ingin menelanku mentah-mentah dengan tatapan matanya yang menusuk hatiku. Sering aku menganngap mereka hanya membuang-buang waktunya untuk membenciku, hanya karena sebuah alasan yang tak masuk akal “PRIA”. Ya kata ini sering membuat masalah di hidupku, terutama posisiku di mata para teman-teman wanita ku. Memang aku tak menyalahkan jika pria menyukaiku atau sekedar ingin dekat denganku, kalau masih dalam batas yang wajar aku santai saja. Tetapi siapa yang bakalan tegar kalau berteman dengan pria tersebut engkau akan dibenci temanmu sendiri. Tatapan sinis, gunjingan bahkan cacian ia alamatkan kepadamu. Seolah engkau adalah wanita penggoda yang haus akan kasih sayang lelaki, huft rasanya itu.... Arggghhhh. Serba salah. Lebih parahnya lagi saat engkau telah mencoba membicarakan masalah ini dengan teman pria mu tersebut dan berharap dia akan segera menjauhimu. Dia malah berkata terserah dia, aku juga punya hati, dan bukan untuk dia gimana mau dipaksain. Huft mati kutu. Aku hanya bisa mencoba menjauh,,,jauhh,,dan jauhh. Aku lebih tega melihat lelaki menangis daripada harus melihat wanita sakit hati. Seandainya wanita itu tau aku tak butuh lelaki, mungkin dia akan tersenyum. Tapi kurasa dia tak akan tau karena kebencian itu telah menutup matanya untuk melihatku. Akhirnya aku merasakannya Rasa yang cukup dalam yang tanpa sengaja tertanam dan tumbuh subur menggerogoti setiap aliran darah dan detak jantungku. Entah mengapa dia dengan sombongnya berani menyeruak masuk ke dalam hatiku yang telah lama ku kunci rapat. Ya itu dia, tetapi bukan dirinya. Huft,,, aku benar-benar tak mengerti. Bagaimana aku bisa mengerti, jika hanya rasanya yang bisa aku rasakan, namun sangat bertolak belakang dengan dirinya yang seolah menjauh memandangku muak. Bagaimana aku bisa mengerti, jika hanya rasanya yang membekukanku, namun dirinya terus membakarku. Sering ku coba untuk berhenti, namun mengapa detak jantungku terus memburu hanya dengan mendengar namanya atau hanya mentapnya. Karena kata-katanya bagaikan berlian yang tak ternilai untuk bisa sampai ke telingaku. Hampir tak pernah ada. Akhirnya aku merasakannya Ya akhirnya merasakan betapa pedih dan bencinya melihat ada bintang lain menuju mataharimu. Aku merasakan hal yang dulu yang pernah kuanggap suatu hal yang membuang waktu. Sakit itu ada saat mereka terlihat dekat. Perih itu ada saat mereka tertawa dan bercanda bersama. Benci itu ada saat aku berpikir mengapa harus dia. Marah itu ada saat dia tak memperlakukanku sepertinya. Hingga merasa bodoh dengan diri sendiri yang lemah akan pikiran sendiri. Bukankah aku telah menjadi orang yang ku anggap aneh dulu ? Ya,,, cemburu ini membuatku membenci diriku.