Cari Blog Ini

Rabu, 18 Juni 2014

: : JANJI : :

Ketika sebuah janji diabaikan, ketika kepercayaan dipatahkan dan ketika sebuah penantian tak dihiraukan. Mengerti akan kesibukan yang membawamu tak mengingat atau menepati janji yang kau buat sendiri, yang dengan mudah memberi harapan dan menancapkannya dalam hati seseorang. Seseorang yang merasa janji yang kau buat adalah embun yang merasuk jiwanya. Seseorang yang mengerti ucapan adalah sebuah wujud rasa. Tetapi Seseorang tak butuh janji yang kau ukir sempurna dihiasi kilauan cahaya yang menyilaukan, namun semua hanya sebuah fatamorgana. Mengapa tidak berkata tidak jika memang tak mampu, jika memang kau ragu dan jika memang kau tak mau. Cukup sebuah penegasan untuk membuat orang untuk tidak berharap. Berdiri dalam penantian bagaikan hidup dalam kegelapan, lelah mencari cahaya hingga lumpuh untuk mengingatnya. Kau biarkan dia terpenjara dalam harapan yang membuatnya terkungkung tak bisa lari entah kemana. Mungkin engkau menganggapnya sebuah hal kecil kecil yang tak mesti dirisaukan. Tidakkah engkau tahu harapan yang kau tanam menjalar indah dalam aliran darah jiwanya. Tidakkah engkau tau janji yang kau semat menari indah dalam setiap ruang bathinnya. Ya, mungkin kau takkan pernah tahu

Selasa, 17 Juni 2014

Ayah ajari aku bersabar

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang membaca koran… anak : “Ayah, ayah,” kata sang anak. “Ada apa Nak?” tanya sang ayah. “Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek. Aku mau menyontek saja! Aku capek. Sangat capek. Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek. Aku capke karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung. Aku juga ingin jajan terus! Aku capek, sangat capek, karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati. Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman- temanku, sedang mereka seenaknya saja bersikap kepadaku. Aku capek ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka yang terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah!” Begitu sedihnya, sehingga sang anak pun mulai menangis. Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata: ”Anakku, ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu.” Lalu sang ayah menarik tangan sang anak, kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang anak pun mulai mengeluh ”Ayah kita mau kemana sih?? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah!” Sang ayah hanya terdiam. Mereka pun tetap berjalan terus. Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu - kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang. “Wwaaaah… tempat apa ini ayah? Aku suka! Aku suka sekali tempat ini!” Sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau. “Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah,” ujar sang ayah. Si anak pun ikut duduk di samping ayahnya. ” Anakku, tahukah engkau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah?” ” Tidak tahu Ayah, memangnya kenapa?” “Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu.” ” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya, Yah?” ”Nah, akhirnya kau mengerti” ”Mengerti apa? Aku tidak tahu apa yang harus dimengerti” ” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayarkan? Ada telaga yang sangat indah, seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa-apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku.” ” Tapi Ayah, bersabar itu tidak mudah. ” ”Ayah tahu. Oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada Ayah dan Ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi ingatlah anakku, kami tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri. Jadilah pribadi yang kuat, yang tetap tabah dan tawakkal karena kau tahu ada Tuhan di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Nah, kau tahu akhirnya kan?” ”Ya Ayah, aku tahu.. Aku akan mendapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih Ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar.” Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.. #suksesusiamuda

Jumat, 13 Juni 2014

Aku tidak lemah

"Kok pucat terus sih cha ?". Tanya laboran itu memandang wajahku. Aku hanya tersenyum membalas pertanyaannya. "Oia pucat gini tapi donor darah kok bisa lolos yahh??" tanya nya lagi. Tetap saja aku diam dan tersenyum sambil menggerakkan kakiku keluar dari laboratorium itu. Donor darah merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan perjuangan buatku, keseringan di tolak karena tekanan darah kurang atau Hb yang terlalu rendah. Anemia bukan hal yang harus kuberi perhatian khusus, ini cukup membuatku semakin "putih" dan tentunya membuatku lemah :). Tubuhku terlalu sensitif terhadap apapun, aku bersyukur Allah memberiku beberapa indera yang cukup tajam. Terkadang aku mampu mencium apapun yang tidak mampu mereka rasakan, membuatku sesak, mual dan ingin muntah. Kulitku akan memerah jika terkena sinar matahari yang membuat tubuhku lemas dan kepalaku terasa berat. Belum lagi di cuaca dingin,bentol-bentol yang sangat gatal itu kerap melandaku dan apabila suhu tubuhku tak mampu lagi mengatasinya, ia akan membekukanku dan membuatku sulit untuk bernafas. Aku juga tak tahu aku harus memilih tempat tinggal dimana kelak kalau cuaca panas dan dingin aku tak kuat,, maafkan aku ya Allah. Keseringan sakit membuatku menjadi semakin tak peduli, biarkan saja udah biasa bisik hatiku. Aku tak suka perhatian, mungkin karena dulu keluargaku jarang memperhatikanku karena kehadiran adikku yang jarak kelahiran kami tidak lama. Aku sedikit terabaikan :), untuk meminta apapun yang aku perlukan aku tak berani, karena pernah pada suatu hari, aku meminta, yang harus mengumpulkan segenap keberanian hingga aku mampu mengatakannya. Ibuku menjawab buat apa ? kapan-kapan aja. Hmm dia memberiku harapan dan membuatku selalu menunggu janji itu. Hmm akhirnya tidak ada hasilnya. Hal tersebut membuatku tak berani meminta bantuan kepada orang, dan benci dengan janji. Jangan pernah berjanji denganku jika takkan ditepati. Lebih baik menolak daripada memberiku harapan. Jadi hal itu juga membuatku sangat ketakutan terlambat apabila berjanji. Disaat aku mati-matian untuk tepat waktu, orang yang berjanji malah terlambat dan membuatku menunggu itu membuatku ingin menangis. Aku juga gak tahu mengapa se -lebay itu hmm. Sampai sekarang minta uang kuliah aja aku takut apalgi kalau ada keperluan lain. Walaupun ibuku sering berkata "Kalau uang mu kurang, bilang ya nang jangan minta-minta uang dari orang." dengan bercanda aku menjawabnya, "ciehh banyak uang kita mak?? hehe". "Ada makanya bilang kalau ada perlu kalau uangmu habis atau kurang, jangan minta-minta ama orang". "iya mama cantik, banyak nya uangku mak". Aku bukan kurang uang ma, aku butuh perhatiannmu dalam hatiku. Karena kekurangan perhatian darimu, jadi setiap orang yang memberi perhatian padaku membuatku risih dan menghindar karena aku tak biasa diperhatikan. Jadi mereka salah ma kalau bilang aku cari perhatian karena sikapku yang terlalu ceria yang mau tak mau telah melekat di diriku. Walaupun aku sering dimarahi terlalu banyak senyum.. hmmm. Tiba- tiba kalau aku diam, dikira marah atau aneh. Jadi serba salah ma, padahal disaat aku mulai diam berarti aku mulai capek dan lemah sehingga aku menjauh untuk menghindari segala perhatian dari mereka. tapi apa? aku dikira autis ma, ckckck. Tapi aku bersyukur aku hidup dalam keluarga kita ma, karena kalian mengajarkan aku kemandirian sampai-sampai orang2 disekelilingku merasa tak dibutuhkan olehku dan merasa aku tertutup. Karena aku selalu berpikir mengapa harus membagi masalahku kepada orang lain, bukankah dia juga punya masalah yang boleh jadi lebih susah dibandingkan denganku. Dengan segala kekurangan yang ku punya aku gak lemah ma. Aku kuat dengan "tumpangan"2 lainnya yang bersarang di tubuhku. Aku ingin tetap ceria dan berbagi senyumanku, karena aku tak tahu sampai kapan mereka menikmati waktu bersama ku. walaupun mungkin ada tidaknya diriku tak berpengaruh apa-apa bagi mereka ma. Miss you mom . Always love you :*