Cari Blog Ini

Kamis, 05 Desember 2013



SAMPAH

Hmm,,, dengan santai dan tanpa merasa bersalah dia membuang sampah- sampah yang dibungkus dengan kantong plastik besar ke bawah jembatan yang dilewati aliran sungai kecil. Mungkin aliran sungai itu dulu tak begitu kecil, mungkin sungai itu dulu tak keruh, mungkin sungai itu dulu tak berbau. Tapi semua itu dulu, sebelum manusia tak lagi menyadari posisi lingkungan di benaknya, sebelum manusia hanya memikirkan dirinya saat ini dan sebelum manusia tak memiliki pandangan lagi akan masa depan untuk anak cucunya kelak.

Kebanyakan orang menyepelekan hal kecil yang berarti besar ini, tiada rasa bersalah untuk membuang sampah sembarangan. Hmm hanya bungkusan permen mungkin pikirnya, bagaimana jika semua orang berpikir hal yang sama, bagaimana jika semua orang melakukan hal yang sama. Bukankah ada pepatah basi yang  berbunyi “Sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit “ yaaa,,, sangkin basinya mungkin engkau muak mendengarnya. Tapi harus bagaimana lagi pepatah yang cukup basi saja tak membuat kita untuk tersentak apalagi pepatah yang mungkin baru tersaji. Aku hanya ingin engkau membuangnya pada tempatnya, bukan untuk mengolah atau mendaur ulangnya, karena buang sampah pada tempatnya saja terasa berat bagimu apalagi mengolahnya.
Bukankah sesuatu yang ditempatkan pada yang bukan tempatnya akan bermasalah. Sama saja engkau menempatkan orang sakit  di tengah kuburan, bukannya semakin sehat tapi malah akan membunuhnya. (terserahmu mau berpikiran aku lebay).

Bukan soal siapa, kenapa, dan kapan. Siapapun diri kita bukan berarti membuang sampah sembarangan adalah Hak asasi yang mesti kau perjuangkan, bukan berarti semakin tinggi pangkat yang kau punya semakin boleh kau menumpuk sampahmu di wajah orang,,, yahh wajah orang. Aku tak berlebihan dengan kalimat ini, bukankah dengan tumpukan sampah yang  kau buang di sungai itu mau tak mau harus menodai wajah orang yang membasuh muka dengannya.

Kenapa harus sampah???  bukankah itu hal yang sepele, buat apa di besar-besarkan huh,,. Mungkin itu yang terbersit di otakmu. Hei bro tak pernah kah engkau tahu atau bahkan tak mau tahu untuk apa kau diciptakan. Bukankah Allah menciptakanmu sebagai khalifah di muka bumi ,,, mungkin kau menggapku terlalu berlebihan atau bahkan tak penting. Intinya kalau engkau tak ingin menjadi khalifah penjaga bumi ini, mengapa engkau harus tetap hidup di di permukaanya bukankah dengan penambahan seorang sepertimu akan  bertambah pula derita anak cucu kami ke depannya. Aku tak ingin menyamakan mu dengan tikus atau ulat penggerogot, tak pantas ,,,, ya bukan mereka yang tak pantas tapi dirimu, mereka melakukannya untuk memenuhi insting dan nafsu makannya. Apakah engkau juga begitu ?? aku tahu pasti tidak, karena dengan membuang sampah sembarangan sama sekali tak menguntungkan bagimu, tak akan membuat perut sejengkalmu kenyang, tak akan membuatmu semakin kaya, jadi apakah masalah jika engkau meninggalkan hal tak menguntungkan bagimu.

Aku tak ingin menanyakan sejak kapan engkau merusak bumi kami ini, seberapa banyak sampah yang telah kau buang, atau separah apa engkau telah merusak. Tapi kapan engkau akan berhenti, kapan engkau akan tersadar, kapan engkau akan berubah. Karena ku tahu, sebagaian orang telah sadar akan pentingya menjaga lingkungan dan memiliki keinginan itu. Tapi tetap saja perubahan itu tiada.